Rabu, 16 Maret 2011

8. Usaha Nubuwwah

Usaha Nubuwah ini adalah suatu usaha atas hati-hati manusia untuk dapat kenal kepada Allah dan mau taat kepada seluruh perintah Allah. Usaha nubuwah ini adalah Kerja Dakwah dan Tabligh yang dilakukan oleh para Anbiya AS dan Rasullullah SAW. Dalam gerakan ini usaha nubuwah ini merupakan sarana tarbiyat atau pendidikan ummat untuk mencapai kesempurnaan agama dalam diri mereka dan dalam diri manusia di seluruh alam sehingga mereka siap untuk melanjutkan risalat kenabian. Hasil yang dicari dari sarana tarbiyat ini adalah Tazkiyatun Nafs (Perbaikan Nafsu atau Sifat) dan Tazkiyatun Iman (Perbaikan Iman). Melalui sarana tarbiyat ini manusia akan terdidik untuk mendapatkan sifat-sifat kenabian dan sifat-sifat para sahabat Nabi SAW.
Mengapa kita memerlukan latihan ini ? Hewan bila di tarbiyah (dilatih / dididik) maka akan memberikan banyak manfaat kepada manusia, tetapi bila dibiarkan saja maka akan menjadi liar hingga mendatangkan banyak masalah dan kerugian bagi manusia. Seperti kerbau akan bermanfaat jika didik dalam menggarap sawah, jika kerbau tidak di didik maka kerbau ini akan menjadi liar yang merusak sawah petani. Begitu juga dengan kuda yang menjadi kendaraan, gajah yang buat angkutan, anjing yang untuk melacak, dan kera yang buat memetik buah, semuanya perlu pelatihan atau tarbiyah untuk bisa mendatangkan manfaat. Namun jika kuda, gajah, anjing dan kera tersebut tidak di latih, maka mereka dapat menjadi binatang perusak. Begitu juga dengan manusia apabila ditarbiyah atau dididik melalui napak tilas kehidupan dan perjuangan Nabi SAW dan Sahabatnya maka akan terbentuk pada diri mereka sifat-sifat kenabian dan qualitas para sahabat RA. Qualitas tersebut seperti keyakinan yang benar, akhlaq yang baik, ketaqwaan yang tinggi, dan kasih sayang terhadap ummat. Tetapi bila dibiarkan begitu saja tanpa latihan yang benar maka yang lahir adalah sifat-sifat yang liar seperti binatang perusak tadi. Sehingga mereka bisa menjadi manusia yang hina bahkan lebih hina dari binatang. Walaupun dia suka membaca buku agama yang banyak, jika tidak ada latihan / didikan yang benar tetap saja manusia ini mempunyai kecenderungan menjadi liar. Ini dikarenakan Sifat dan Keimanan ini akan datang melalui mujahaddah.
Mujahaddah itu adalah segala bentuk kesusahan, kesulitan, pengorbanan, yang dilewati demi agama bukan melalui bacaan. Seperti seorang petinju jika dia ingin menjadi petinju namun dia tidak melatih diri, hanya dengan membaca buku cara bertinju saja, maka ketika ada pertandingan ternyata hasilnya berbeda dari yang diharapkan. Di buku mungkin dia bisa tahu definisi hook dan cara bertinju lainnya namun karena tidak ada latihan, ternyata sekali pukul sudah jatuh, langsung KO. Jadi untuk bisa jadi seorang petinju ini perlu ada latihan dan mujahaddah dalam berlatih agar bisa menjadi kebiaasaan. Sehingga nanti ketika datang pertandingan tinju dia sudah siap dan sudah terbiasa dengan keadaan yang akan dihadapinya. Begitu juga sholat, jika kita tidak ada latihan, mujahaddah membiasakan diri, pergi ke mesjid untuk sholat berjamaah tepat pada waktunya, walaupun kita banyak baca buku agama, kita akan terasa berat untuk ke mesjid. Seperti waktu subuh jika kita tidak ada latihan atau kurang latihan sholat subuh berjamaah di mesjid maka ketika adzan datang kita lansung KO, tidak bisa bangun dari tidur untuk pergi sholat. Ini karena kita belum terbiasa untuk datang ke mesjid untuk sholat berjamaah. Untuk menjadikan sholat ke mesjid menjadi kebiasaan kita, maka ini diperlukan latihan agar terbiasa. Jika kita sudah biasa melatih diri, bermujahaddah membiasakan diri sholat lima waktu ke mesjid maka Insya Allah, ke mesjid untuk sholat berjamaah pada waktunya bukan hal yang sulit seperti sebelumnya. Inilah pentingnya latihan dan mujahaddah dalam agama. Melalui Mujahaddah ini akan lahir pengalaman Iman yang akan membentuk sifat seseorang menjadi seperti sifat nabi-nabi AS dan para sahabat RA. Inilah yang diajarkan Nabi SAW kepada sahabat, bukan membaca buku tetapi melalui latihan, pengamalan, dan pengorbanan.
Konsep Usaha Nubuwah
Methode yang di ambil dalam sistem nubuwah ini adalah dengan mengunakan konsep pemanfaatan waktu untuk mengamalkan agama. Jadi yang ditekankan dalam kegiatan ini adalah pemanfaatan waktu. Hari ini banyak orang yang bilang bahwa dunia dan akherat harus seimbang. Jika benar berarti 50% dari 24 jam harus kita gunakan untuk agama yaitu 12 jam dan 50% lagi untuk dunia yaitu 12 jam. Jika tidur kita sudah 8 jam berarti waktu dunia kita cuman 4 jam. Hari ini siapa yang mampu melakukannya. Jika kita tidur 8 jam sehari berarti itu adalah 1/3 hidup kita sudah terpakai hanya untuk tidur. Jika kita berumur 60 tahun berarti 20 tahun dari umur kita sudah kita pakai hanya untuk tidur. Sekarang bagaimana kita mensiasati sisanya yang 40 tahun untuk mempersiapkan bekal di akherat tanpa harus melupakan dunia.
Mahfum Hadits, Nabi SAW bersabda :
“wahai sahabat-sahabatku jika Allah beri 10 perintah kepada kalian, lalu kalian melanggar 1 perintahnya, maka ini sudah bisa menjadi asbab kalian masuk ke dalam Neraka Allah. Namun nanti ada umatku sesudah kalian, Allah beri mereka 10 perintah namun 1 perintah saja mereka laksanakan sudah dapat menjadi asbab mereka masuk ke dalam SurgaNya Allah Ta’ala.”
(Al Hadits)
Sahabat dari 10 perintah Allah, satu saja mereka langgar maka sudah dapat menjadi asbab mereka masuk kedalam neraka. Namun, umat sesudah sahabat di akhir zaman ini kata Nabi SAW dalam mahfum hadits ini, satu perintah saja yang mereka laksanakan dari 10 perintah yang Allah kasih, sudah dapat menjadi asbab mereka masuk kedalam SurgaNya Allah Ta’ala. Atas dasar ini, yang di dapat dari hadits tersebut adalah 1 perintah dari 10 perintah berarti 1/10 nya. Bilangan ini digunakan sebagai tertib waktu untuk mempermudah kita mengamalkan agama secara sempurna melalui tahapan-tahapan. Tertib ini merupakan hasil dari Ijtihad para Ulama, sebagai cara atau methode untuk mempermudah manusia dalam beramal dan menjalankan usaha nubuwah atau usaha atas Iman. Atas perkara inilah Ulama membuat tertib atau tahapan untuk mempermudah manusia mewujudkan kesempurnaan agama dalam diri mereka dan diri umat seluruh alam.
Syekh Ibnu Atha’illah Rah.A berkata :
“Jika Allah cinta pada seorang hambanya maka Allah akan sibukkan dia setiap waktu dalam amal-amal Agama. Seluruh waktunya sibuk dengan perkara yang Allah cintai yaitu amal-amal Agama.”
Tahapan itu adalah dengan mensedekahkan waktu kita untuk agama :
1.            Minimal memberikan 1/10 waktunya untuk agama dengan patokan umur ± 60 – 70  :     2.5 jam tiap hari, 3 hari tiap bulan, 40 hari tiap tahun, minimal 4 bulan seumur hidup.         ( Tertib Minimum = Tertib Sedekah : 1/10 penghasilan kita = 1/10 waktu kita ) : Ijtihad Ulama
2.            Memberikan 1/ 3 hidupnya untuk agama : 8 jam tiap hari, 10 hari tiap bulan, 4 bulan tiap tahunnya. ( Tertib Umar Al Faroukh RA. ) :  Umar RA pernah menanyakan pada istri-istri prajurit islam batas kesiapan mereka untuk ditinggal pergi oleh suaminya ketika fissabillillah yaitu 4 bulan. Sehingga Shift prajurit yang berperang diputar setiap 4 bulan.
3.            Memberikan seluruh waktunya untuk Agama : Tidak ada Nishab lagi yang ada hanya kesiapan mengambil takaza kapan saja diperlukan. ( Tertib Abu Bakar R.A ) : Dalam suatu riwayat ketika datang takaza menyumbangkan harta untuk Fissabillillah, saat itu, Utsman RA memberikan 1/3 hartanya untuk agama, Umar menyumbangkan 1/2 untuk agama, sedangkan Abu Bakar RA menyumbangkan seluruh harta dan waktunya untuk agama. Inilah menurut sebagian ulama level keimanan yang paling tinggi setelah kenabian yaitu tahapan shidiqqien.
Hari ini kehidupan kita sudah jauh daripada kehidupan yang dicontohkan oleh para sahabat RA, bukan dari keduniaannya, tetapi dari segi amal-amal agama yang mereka kerjakan. Ini disebabkan karena kehidupan kita dari segi pengorbanan untuk agama sudah sangat jauh tertinggal dari kehidupan sahabat yang penuh dengan pengorbanan untuk agama. Dan Latihan yang dilakukan sahabat juga sudah kita tinggalkan hari ini. Latihan seperti apa yang telah kita tinggalkan ? yaitu latihan melawan hawa nafsu, meninggalkan harta, anak, istri, perdagangan, demi agama. Dengan tahapan ini tujuannya adalah bagaimana kehidupan dan pengorbanan kita dapat ditingkatkan sehingga tidak tertinggal jauh daripada pengorbanan para sahabat RA. Asbab pengorbanan inilah Allah telah ridho pada mereka dan pertolongan Allah selalu bersama mereka dimanapun mereka berada. Melalui usaha nubuwah ini bagaimana pengorbanan dan kehidupan kita dapat mencapai tingkat pengorbanan dan tingkat derajat kehidupan para Sahabat RA. Ketika tahapan Iman sudah sampai kepada tingkatan keimanan para Sahabat RA, maka kefahamanpun akan Allah berikan pula kepada kita dan keluarga kita. Allah telah berikan kefahaman bukan hanya kepada para sahabat tetapi juga kepada anak, istri, dan keluarga mereka asbab pengorbanan mereka. Sebagaimana anak-anaknya Abu Bakar RA, Aisyah R.ha dan Asma R.ha, yang menghibur kakeknya yang marah kepada ayah mereka, karena pergi dijalan Allah tetapi tidak meninggalkan bekal untuk keluarganya. Apa yang dilakukan anak-anak Abu Bakar RA, yaitu Aisyah R.ha dan Asma R.ha, ketika itu ? yaitu mereka tidak mengadu pada kakeknya atau mengeluh mengenai  sikap ayahnya tersebut, tetapi mereka justru memikirkan jalan keluar untuk ayah mereka agar kakek mereka tidak berprasangka buruk pada anaknya yaitu Abu Bakar RA. Ketika itu mereka menggiring tangan kakeknya ke lemari yang tergeletak disana batu batuan dengan mengatakan bahwa itu emas yang disentuh tangan kakeknya yang ditinggalkan ayahnya sebagai bekal untuk keluarga mereka. Ayah Abu Bakar RA yang buta itupun akhirnya merasa tenang setelah cucunya mengatakan demikian. Inilah kelebihan yang Allah berikan kepada keluarga yang mau mengorbankan seluruh waktu dan hartanya untuk agama yaitu rasa cukup dan kefahaman atas agama.
Nabi SAW di hina, di caci, di timpuki, menderita karena agama tetapi mengapa pertolongan Allah tidak turun kepada Nabi SAW ketika itu di mekkah. Padahal Nabi SAW adalah mahluk yang paling Allah cintai. Ini karena Allah hendak meletakkan standard pengorbanan bagi Umat ini terutama kepada para sahabat ketika itu. Ketika Nabi SAW bersedih atas cobaan yang dia hadapi dan kesusahan yang maha dahsyat, Allah menghibur beliau SAW dengan kisah-kisah perjuangan, pengorbanan, dan kesusahan Nabi-Nabi dan Ummat-ummat terdahulu dalam membawa agama. Ketika pengorbanan dan keimanan sampai kepada level yang Allah mau, maka ketika itu baru Nusroh Ghaibiyah ( Pertolongan Allah ) akan nampak, seperti yang terjadi pada perang Badr. Allah kirimkan tentara malaikat di perang Badr sehingga pasukan sahabat yang jumlahnya 300 orang tanpa perlengkapan perang yang lengkap mampu mengalahkan musuh yang jumlahnya 3 kali lipat yaitu ± 1000 orang dengan persenjataan yang lengkap. Maiyatullah (Kebersamaan dengan Allah) akan bersama orang-orang yang siap bermujahaddah membantu agama Allah. Bagaimana kita mendzohirkan Qudratullah dalam kehidupan kita ? Masyaikh berkata caranya adalah dengan menafikan ( menolak ) logika dan penglihatan kita, dan membenarkan perintah Allah dalam segala keadaan. Kita jangan terkesan dengan keadaan-keadaan, jangan terkesan dengan apa yang kita miliki dan apa yang tidak kita miliki atau, tetapi kesankan diri kita hanya pada Janji Allah dan hanya membenarkan perintahNya dalam segala keadaan. Baru ketika itu pertolongan Allah akan nampak. Terus tingkatkan pengorbanan, karena pertolongan Allah akan datang jika pengorbanan kita untuk agama bertambah.
Syeikh Meiji Mehrab Rah.A dari India berkata :
“Iman akan naik jika ada usaha atas Iman, Iman akan turun jika usaha atas Iman menurun, Iman akan istiqomah jika usaha atas Iman juga Istiqomah.”
Kini kebendaan naik dan meningkat karena adanya usaha atas kebendaan yang terus meningkat. Jika Iman manusia ini tidak di usahakan maka demand atau permintaan atau keinginan manusia atas hidayah atau Iman akan berkurang. Tetapi jika ada usaha atas Iman maka deman atau permintaan atau keinginan manusia akan hidayah akan bertambah.
Maulana Saad, Masyeikh India,  berkata Iman manusia ada tiga tingkatan :
1. Iman Kuat : Dia Tau, Dia Taat, dan Dia Ridha pada seluruh Perintah Allah.
2. Iman Lemah : Dia Tau Perintah Allah tetapi tidak ada usaha atas Ketaatan
3. Iman Keluar : Dia Tau Perintah Allah tetapi dia menghindar demi kepentingan dunia



Target dari Usaha Nubuwah

Target yang paling penting adalah bagaimana kehidupan kita ini tidak telalu ketinggalan jauh dari kehidupan para sahabat RA. Jadi penting kita mempunyai target dalam melaksanakan kerja kenabian ini.
Diantaranya target dari usaha Nubuwah adalah :
1.     Bagaimana Ummat dapat mengamalkan agama secara sempurna selama 24 jam.
2.     Bagaimana Ummat dapat melanjutkan Risalat Kenabian yaitu Kerja Dakwah
3.     Bagaimana Ummat dapat mengikuti Napak Tilas Pengorbanan Kehidupan Sahabat
Sehingga nanti semua manusia dapat selamat dunia dan akherat. Inilah yang namanya jalan keselamatan. Apa itu Jalan keselamatan yaitu Jalan Hidayah atau Sunnanul Huda. Allah telah berikan kepada Nabi SAW Sunnanul Huda : jalan-jalan petunjuk atau jalan-jalan hidayah, agar manusia bisa mendapatkan yang namanya kebahagiaan dan keselamatan. Siapa saja yang berjalan diluar Sunnanul Huda niscaya mereka akan tersesat dan jauh dari petunjuk Allah. Jika kita tidak diberi petunjuk maka kita akan sengsara hidup di dunia ini dan di akherat nanti. Seperti orang buta yang kehilangan tongkat, jalannya akan menderita, nabrak sana nabrak sini, terjatuh-jatuh. Begitulah orang yang hidup tanpa hidayah. Sedangkan Dakwah ini adalah salah satu Sunnah Nabi SAW yang akan mendatangkan hidayah atau petunjuk kepada manusia.
Hari ini orang islam banyak yang hidup dengan cara Yahudi dan Nasrani, padahal satu-satunya kehidupan yang di ridhoi Allah dan yang Allah telah jamin hanya kehidupan Nabi SAW. Kehidupan Nabi SAW ini adalah suatu kehidupan yang didasari atas wahyu Allah, langsung petunjuknya dari Allah. Sehingga ketika Nabi SAW mengamalkan petunjuk atau wahyu itu dengan sempurna maka kehidupan Nabi SAW penuh dengan keberkahan dan pertolongan Allah. Beda dengan kehidupan kita hari ini yang penuh dengan kesulitan dan tidak ada pertolongan Allah. Hari ini kita setiap ada masalah baru lari ke ulama minta do’a karena merasa do’anya tidak didengar oleh Allah. Tetapi setelah minta do’a, ketika pulang kehidupannya tidak berubah, sama saja dengan sebelumnya seperti kehidupan Yahudi dan Nasrani. Bagaimana Allah akan tolong kita jika kita masih seperti itu cara hidupnya. Beda dengan sahabat setiap ada masalah langsung lari kepada Allah, diselesaikan dengan sholat dan do’a, maka pertolongan Allah langsung turun saat itu juga. Mengapa doa sahabat ijabah dan sedangkan doa kita tidak ? padahal Tuhannya sama, Nabinya sama, Kitabnya sama, Kiblatnya sama. Ini disebabkan kehidupan yang kita jalani berbeda  dengan sahabat RA.
Usaha ini adalah usaha atas napak tilas pergerakan dan pengorbanan para sahabat. Seseorang pernah bertanya kepada seorang Masyaikh dari pakistan, Maulana Yunus, “Apa batasan atau kapan akhir dari perjalanan seseorang ini dalam membuat Amal Maqomi dan Amal Intiqoli ?” jadi maksudnya apa batasan akhir amalan dakwah ini sehingga orang sudah dapat dikatakan sampai pada maksud dan tujuannya. Maulana Yunus katakan “Yaitu ketika pengorbanan ummat ini sudah sampai pada level seperti pengorbanan para sahabat.” Sangking tingginya pengorbanan para sahabat ini sehingga mereka bisa menarik langsung apa saja yang ada dari khazanah Allah kapanpun mereka perlukan. Iman mereka ini, para sahabat RA, sudah sampai pada taraf walaupun diperlihatkan pada mereka surga dan neraka, maka Iman mereka sudah tidak dapat naik lagi ataupun berkurang. Namun selama kita ketika ditaskil masih ada rasa berat, masih merasa memerlukan ini dan itu, dan masih terkesan hati kita pada selain Allah, berarti kerja atas nishab waktu 40 hari, 4 bulan, ini adalah yang terbaik bagi dia untuk dilakukannya dalam rangka islah dan dalam rangka perjalanan mendekati kepada kehidupan sahabat RA. Jika dia sudah bisa ditaskil, sudah mempunyai kesiapan untuk berangkat kapan saja diperlukan untuk agama, maka ketika itu nishab waktu sudah tidak berlaku lagi buat dia. Jika dalam hidupnya tidak ada lagi yang lebih penting dari perintah Allah dan rasulnya, ketika itu baru kapanpun diperlukan dia akan siap meninggalkan semua perkara yang dicintai demi agama. Sahabat ini kapan saja ada takaza atau permintaan untuk fissabillillah mereka selalu siap. Sehingga tidak ada nishab waktu diantara sahabat, yang ada kapan dibutuhkan mereka selalu siap dan tidak ada keraguan sedikitpun meninggalkan yang mereka punya. Sahabat sudah meletakkan hidupnya untuk mencapai maksud, sehingga siap mengorbankan segala-galanya kapan saja diminta untuk fissabillillah. Inilah sahabat, sedangkan kita belum bisa seperti itu. Mereka, para sahabat RA, sudah tidak terkesan lagi pada apa yang mereka miliki,  tetapi hanya pada apa yang Allah janjikan.
Seseorang ulama bertanya kepada Masyeikh yang juga seorang Syeikhul Hadits, “Mengapa anda mau ikut dalam usaha ini yang tidak ada haditsnya mengenai tentang nishab 40 hari, 4 bulan, di jalan Allah tersebut ?” Lalu Masyeikh katakan mahfum, “Kerja dakwah ini adalah ijhtihad dari Maulana Ilyas, dan saya merasa cocok dengan ijtihad beliau. Andaikata ada suatu usaha lain yang lebih baik daripada usaha ini dalam memperbaiki kehidupan ummat maka saya akan bantu dan ikut dalam perjuangan usaha tersebut !” Tetapi masalahnya saat ini yang ada dan banyak membawa ummat kepada perbaikan hanyalah usaha ini dan telah nampak hasilnya. Dan usaha atas amar ma’ruf atau kerja dakwah ini adalah usaha yang paling diperlukan ummat saat ini.
Maulana Ilyas Rah.A ketika memulai usaha ini asbab fikirnya atas agama dan risaunya terhadap kondisi ummat saat itu di mewat, beliau telah melakukan beberapa usaha atas perbaikan ummat :
1.            Usaha Atas Ilmu                               :           Mendirikan Madrasah
Namun ketika itu yang beliau temui adalah kegagalan, dan tidak effektif. Seperti ketika beliau membangun madrasah, salah seorang muridnya yang terbaik setelah lulus pergi kekota, dengan harapan murid tersebut dapat memberikan perbaikan terhadap kehidupan ummat di kota. Ternyata setelah bertemu kembali beberapa lama kemudian, si murid yang terbaik yang telah tinggal di kota ini, ketika bertemu telah hilang dari dirinya ciri-ciri keislamannya. Ini menunjukkan kegagalan atau ketidak effektifan usaha atas madrasah dalam memperbaiki ummat. Ketika si murid dibawa kepada suasana kota dimana amal agama tidak ada maka akan terjadi kemerosotan Iman.
2.            Usaha atas Dzikir Ibadah               :           Mengajarkan Amalan Dzikir Tarekat
Beliau mempunyai murid dalam membuat amalan dzikir, karena beliau sendiri juga adalah seorang Mursyid tarekat. Namun masalahnya adalah murid-murid tarekat ini mempunyai kecenderungan untuk menyendiri, melakukan uzlah dengan membuat amalan dzikir. Sehingga perbaikan atas kehidupan ummatpun juga tidak nampak melalui cara ini.
3.            Usaha atas Kerja Dakwah             :           Usaha atas Amar Ma’ruf & Fissabillillah
Asbab fikir beliau yang kuat atas agama dan kerisauannya atas ummat yang sudah rusak ini, sehingga Allah telah memberi petunjuk, ilham,  kepada beliau untuk memulai kembali usaha nubuwah. Usaha Nubuwah yaitu usaha yang dibuat Rasulullah SAW pada waktu kurun awal islam berkembang. Apa itu usaha Nubuwah ? yaitu kerja dakwah, menyiapkan ummat melanjutkan risalah kenabian. Rombongan dikirim untuk Fisabillillah agar dapat membuat dan membawa suasana agama sehingga orang tertarik kembali untuk menghidupkan amal-amal agama di dalam rumahnya, lingkungannya, dan di seluruh alam. Caranya dengan membuat amal maqomi dan amal intiqoli, yaitu usaha atas ketaatan, amar ma’ruf, dan usaha atas pengorbanan, khuruj fissabillillah.
Nabi SAW ditarbiyah oleh Allah agar gantungannya benar dengan cara memutuskan hubungan beliau dengan orang-orang yang disekitarnya dan yang dicintainya. Beliau SAW sebelum berdakwah diberi gelar oleh orang-orang “Al Amin”, “Yang Terpercaya”. Dan dicintai oleh banyak orang. Namun setelah datang perintah untuk berdakwah, orang yang sama yang memberi beliau gelar Al Amin memberi gelar yang baru menjadi “Al Majnun”, “Orang Gila”. Dan orang-orang yang mencintainya menjadi orang-orang yang paling benci dengannya bahkan dari kalangan keluarganya sendiri. Dari kecil Beliau SAW di tarbiyah agar selalu mempunyai gantungan yang benar agar tidak tawajjuh kepada selain Allah. Belum lahir, ayahnya tempak seorang anak bergantung sudah wafat. Lalu baru sesaat bertemu ibunya ditengah perjalanan pulang ibunya wafat. Pamannya yang selalu melindunginya ketika saat-saat dibutuhkan dalam dakwah beliau juga Allah wafatkan. Istri beliau, Khadijah R.ha, yang selalu mendukungnya dalam kerja dakwah dan yang selalu menghiburnya dikala susah juga Allah wafatkan pada kurun masa awal kenabian. Beliau telah kehilangan segalanya dan kehilangan tempat bergantung selain kepada Allah. Bagaimana Allah mentarbiyah sahabat agar mempunyai tarbiyah yang sama seperti Nabi SAW sehingga gantungannya hanya kepada Allah, Sahabat RA diperintahkan untuk hijrah bersama Nabi SAW meninggalkan segalanya dari anak, istri, harta, jabatan, kampung halaman, dan lain-lain.
Lalu bagaimana teguhnya Nabi SAW mempertahankan kerja dakwah ini yaitu ketika beliau ditawarkan harta, jabatan, dan wanita oleh para petinggi quraish, apa jawab Nabi SAW, “Walaupun engkau mampu meletakkan bulan ditangan kananku dan matahari ditangan kiriku, Aku tidak akan tinggalkan kerja dakwah ini walaupun hanya sekejap saja. Pilihannya hanya dua yaitu mati dalam mendakwahkan agama Allah, atau hidup melihat agama tersebar.” Inilah keteguhan Nabi SAW memegang usaha dakwah. Inilah maksud dari usaha ini bagaimana fikir nabi menjadi fikir kita, risau nabi menjadi risau kita, kesedihan nabi menjadi kesedihan kita, kecintaan nabi menjadi kecintaan kita, mijaz nabi menjadi mijaz kita. Ini diperlukan pengorbanan dan training khusus yang dilakukan secara terus menerus sampai pada akhirnya wujud dalam diri kita. Inilah mengapa kita penting keluar di jalan Allah dan membuat amal maqomi di mesjid kita.
Dengan Usaha Nubuwah ( Kerja Dakwah ) ini bagaimana kita dapat mewujudkan kehidupan Nabi SAW  ke dalam kehidupan kita. Bagaimana caranya ? yaitu dengan ikut dari pada Napak Tilas kehidupan Nabi dan Sahabat. Untuk perkara ini maka kita harus menjadikan maksud hidup nabi menjadi Maksud hidup kita, Kerja Nabi menjadi kerja kita, Fikir Nabi menjadi Fikir kita, Amal Nabi menjadi Amal kita, Perasaan Nabi menjadi Perasaan kita, Pola hidup nabi menjadi Pola hidup kita dan Do’a Nabi menjadi Do’a kita. Dengan cara inilah baru kehidupan Nubuwah akan wujud dalam kehidupan kita sebagaimana hidup di dalam kehidupan sahabat RA. Inilah targetnya yaitu menghidupkan kembali kehidupan nubuwah yang diamalkan oleh para sahabat RA kedalam kehidupan kita sehari-hari. Apa itu kehidupan Nubuwah yaitu kehidupan Nabi SAW selama 24 jam.
Apa itu Maksud Hidup Nabi :
Dakwah à Menyampaikan Agama, memberi peringatan dan kabar gembira tentang Allah dan kehidupan Akherat.
Apa itu Amal Nabi :
1.     Seluruh Sunnah Nabi  SAW dari ujung rambut sampai ujung kaki
2.     Seluruh Kehidupan Nabi SAW selama 24 jam
3.     Seluruh Perjalanan Hidup Nabi, Risau Nabi dan Fikir Nabi
Apa itu Kerja Nabi :
1.     Dakwah Illallah
2.     Taklim wa Taklum
3.     Dzikir Ibadah
4.     Khidmat
Apa itu Fikir Nabi :
1.     Bagaimana umat dari yang pertama lahir sampai yang terakhir mati di hari kiamat dapat mengucapkan La Illaha Illallah
1.     Bagaimana umat dapat selamat dari Adzab Allah Ta’ala dunia dan akherat dan masuk ke dalam SurgaNya Allah Ta’ala
1.     Bagaimana seluruh manusia dapat mengamalkan agama secara sempurna.
1.     Bagaimana umat ini dapat melanjutkan tugas Dakwah
Maka untuk dapat mewujudkan ini diperlukan usaha agar kehidupan Nabi SAW dapat wujud dalam kehidupan kita. Mengapa kita perlu mengusahakan ini ? karena seluruh aspek kehidupan Nabi SAW itulah yang namanya Agama. Tanpa usaha maka kehidupan nabi tidak akan bisa wujud dalam kehidupan kita. Methode yang diajarkan oleh Nabi SAW dalam mewujudkan Agama ini adalah “Learning By Doing”. Belajar dengan cara Pengamalan. Seperti orang yang belajar membawa mobil dengan praktek dan orang yang belajar mobil dengan membaca. Orang yang membaca cara membawa mobil belum tentu bisa membawa mobil dibandingkan dengan orang yang belajar membawa mobil dengan praktek. Yang mengamalkan membawa mobil dengan praktek dia akan lebih memahami apa yang harus dilakukan jika ada keadaan-keadaaan. Seperti apa yang harus dia lakukan dengan gas, gigi, dan fasilitas mobil lainnya ketika mobil jalan, atau sedang berhenti, atau sedang dalam keadaan berbelok. Sedangkan yang dengan membaca, dia akan terseok-seok dalam membawa mobil ketika diberi keadaan-keadaan. Inilah perbedaan antara orang yang mengetahui dan memahami.
Ciri-ciri Orang yang faham akan agama, adalah Jika Allah memberi dia ujian atau cobaan, maka dia akan mengerti bagaimana cara menghadapi masalah atau ujian tersebut. Sedangkan orang yang hanya tau teori agama, dia akan panik atau bingung menghadapi masalah atau keadaan tersebut sebagaimana orang yang bingung membawa mobil karena hanya belajar dari buku saja. Ini dikarenakan tidak adanya latihan atau praktek pengamalan agama. Sehingga ketika dia diberi ujian oleh Allah, dia tidak memahami kemauan Allah atas diri dia dalam keadaan tersebut. Ilmu agama akan memberikan kefahaman kepada kita jika diamalkan. Kefahaman ini hasilnya adalah keyakinan atas amal yang kita buat. Namun orang akan faham agama jika dia sudah amalkan agama. Seperti orang yang tau rasanya membawa mobil dengan praktek dan orang yang hanya membaca buku tentang membawa mobil. Hanya dengan Praktek membawa mobil baru kita bisa faham membawa mobil. Begitu juga dengan Agama hanya dengan praktek pengamalan, baru kita bisa siap terhadap keadaan dan ujian yang Allah kasih. Dengan mengamalkan kehidupan Nabi SAW, baru kehidupan Nabi SAW akan wujud dalam kehidupan kita dan memahami pentingnya kehidupan Nabi SAW dalamkehidupan kita. Nabi SAW dikatakan sebagai Al Qur’an berjalan karena seluruh kehidupan Al Qur’an wujud dalam diri Nabi SAW. Begitu juga Sahabat yang mencontoh seluruh aspek dari kehidupan Nabi Muhammad SAW, merekapun adalah Al-Qur’an berjalan. Maka dalam rangka mewujudkan ini diperlukan usaha yang sungguh-sungguh dan terus menerus sampai sempurna. Tidak bisa hanya dengan latihan 3 hari, 40 hari, atau 4 bulan itu hanya sarana saja seperti bilangan 6 tahun di SD, 3 tahun di SMP, dan 3 tahun di SMA, namun yang namanya menyempurnakan ilmu atau belajar atau latihan itu dilakukan sampai mati tidak ada bilangannya.
Tertib Pergi di Jalan Allah
Untuk mencapai kesuksesan perbaikan diri maka diperlukan tertib aturan yang mengatur seseorang ketika keluar di jalan Allah. Maka ketika keluar di jalan Allah tertib atau ushul ini perlu dijalankan sebagai tolak ukur perbaikan :
I.             Yang Ditingkatkan            :
1.     Dakwah Illallah
2.     Taklim wa Taklum
3.     Dzikir Ibadah
4.     Khidmat
II.            Yang Dikurangi                  :
1.     Waktu Makan dan Minum
2.     Waktu Tidur dan Istirahat
3.     Memenuhi Hajat keluar Mesjid
4.     Bicara dunia dan sia-sia
III.           Yang Dijaga                         :
1.     Ketaatan pada Amir selama Amir taat pada Allah dan Rasul
2.     Amalan Istima’i (bersama) dibanding Infirodhi (individu)
3.     Kehormatan dan Kemuliaan Mesjid
4.     Sabar dan Tahammul (Tahan Uji)
IV.          Yang Ditinggalkan             :
1.     Berharap kepada Mahluk hanya berharap kepada Allah
2.     Meminta kepada Mahluk hanya minta kepada Allah
3.     Memakai barang tanpa izin
4.     Boros dan Mubazir
V.            Yang Dihindari                   :
1.     Bicara Politik dalam dan luar negeri
2.     Bicara Khilafiyah
3.     Bicara Aib (Jemaah atau Masyarakat)
4.     Bicara Status Sosial dan Derma
VI.          Yang Didekati                     :
1.     Ahli Ilmu (Ulama)
2.     Ahli Dzikir (Mursyid Tarekat)
3.     Ahli Dakwah (Mubaligh)
4.     Ahli Penulis Kitab (Mussanif)
VII.         Yang Di jauhi:
1.     Mencela atau menghina Aliran Agama
2.     Mengkritik Aliran Agama
3.     Membanding-bandingkan Aliran Agama
4.     Menerima atau Menolak Dalil Ulama sebelum di konfirmasikan
Azas dan Fondasi dari Usaha Nubuwah ini :
1.     Usaha atas Hati bukan Akal
2.     Usaha atas Diri bukan Harta
3.     Usaha atas Musyawarah bukan Perintah
4.     Usaha atas Diam-diam / Tersembunyi bukan Propaganda / Pamer Kekuatan
5.     Usaha atas Bil Ma’ruf bukan Nahi Mungkar
6.     Usaha atas Persamaan/Kesatuan bukan Perbedaan/Perpecahan
7.     Usaha atas Berita Gembira (Fadhilah) bukan Ancaman
8.     Usaha atas Gerak bukan Tulisan
9.     Usaha atas Individu bukan Kelompok / Perkumpulan
10.   Usaha atas Kedamaian bukan Peperangan
11.   Usaha atas Kerendah Hatian bukan kesombongan
12.   Usaha atas Umum (akar / dasar) bukan Teknis  (cabang / bagian )
13.   Usaha atas penjelasan yang singkat (ringkas) bukan detail
Perumpamaan Agama :
“Agama itu seperti pohon. Pohon itu bukan tumbuh karena perintah dan larangan. Pohon tumbuh karena diletakkan pada tempat yang baik, lingkungan yang baik, pemupukan, dan pengairan. Begitu juga agama jika di letakkan pada tempat yang benar dan pada lingkungan baik, maka dia akan tumbuh dengan baik. Dakwah dengan tertib yang benar ini adalah tempatnya, lalu buat suasana amal. Kerja Dakwah ini mensuasanai lingkungan bukan merubah lingkungan. Cara mensuasanai lingkungan ini adalah dengan menghidupkan sunnah dan amal ibadah. Pengairannya adalah dengan menghidupkan Taklim, agar hati manusia ini ada gairah untuk beribadah. Pemupukannya adalah dengan sillaturrahmi, bina hubungan, dan akhlaq yang baik. Baru dengan ini agama akan wujud, dan orang akan datang. Jadi Agama bukannya tumbuh dengan perintah dan larangan tetapi karena suasana amal dan akhlaq yang baik.”
“Agama itu tidak bisa dipaksakan. Semua orang kalo di perintah dan di larang-larang, maka kecenderungan mereka akan menolak, menentang, berontak, bahkan mendebat. Kita harus satu bahasa dulu dengan mereka, cari persamaan, jangan memaksa. Hanya ada satu bahasa yang bisa buat semua orang ngerti dan sefaham, yaitu kebaikan. Semua orang kalo disuruh-suruh gak bisa satu bahasa, tetapi kalo dikasih hadiah, kue, baju, minyak wangi semuanya bakal ngerti. Di hati orang itu akan berkata, “..Oh rupanya Orang ini mau berbuat baik kepada saya”. Ketika ini baru Agama dapat masuk setelah ada kesan kebaikan kita pada diri mereka”
“ Agama ini harus kita dulu yang bawa. Jika kita sudah merasa senang dengan agama dan tidak merasa terbebani, nanti orang lain akan ikut dan nanya-nanya. Seperti orang yang sedang makan es krim. Kalo yang makan sudah senang maka yang lain akan minta dan nanya-nanya. Tetapi jika yang makan tidak suka bagaimana yang lain mau datang untuk minta atau nanya-nanya. Begitu juga agama jika kita yang membawa agama sudah tidak suka bagaimana yang lain bisa suka. Jangan kita buat standard yang sulit untuk di ikuti oleh orang lain tetapi kita harus bisa menunjukkan kepada mereka bahwa agama itu mudah diamalkan dan diikuti. Lalu seiring waktu kita buat suasana agar mereka mau untuk meningkatkan pengorbanan.”
Mengapa Kita harus berpartisipasi dalam pergerakan ini
Yang perlu kita sadari adalah bahwa hampir lebih dari 80 % kandungan Al Qur’an itu isinya mengenai perjuangan para Nabi AS dalam berdakwah, kisah-kisah ummat yang menolak dakwah para Nabi AS. Tidak ada  diterangkan di dalam Al Qur’an ini mengenai jumlah ibadah Nabi-Nabi, berapa banyak sholatnya ? berapa banyak dzikirnya ? berapa banyak puasanya ? tetapi justru yang diceritakan adalah kebanyakan daripada pengorbanan para Nabi. Ini karena Allah ingin kita belajar dari pada pengorbanan para Nabi-nabi ini. Napak tilas pengorbanan merekalah yang telah mendapatkan ridho Allah ini yang patut kita ikuti. Bahkan jantung daripada Al Qur’an itu sendiri yaitu surat yassin, isinya menjelaskan kisah seorang pemuda yang mengajak kaumnya untuk mengikuti daripada ajakan, dakwah, nabi-nabi yang telah datang kepada mereka. Sekarang caranya bagaimana kita mengikuti Napak Tilas mereka yang telah di ridhoi Allah ini.
Allah berfirman :
“ Orang-orang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk islam) diantara orang-orang Muhajirin dan Anshor dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan Allah menyediakan bagi mereka surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Dan mereka kekal  di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.” ( 9 : 100 )
Dan dalam ayat ini Allah telah menggambarkan orang-orang yang telah Allah Ridhoi :
1.            Orang islam yang terdahulu dan yang pertama masuk islam ( Awallun Muslimin )
2.            Orang-orang Muhajjir dan Anshor
3.            Orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik
Jadi yang perlu kita lakukan sekarang adalah dengan meniru-niru pergerakan mereka yaitu menjadi orang-orang yang Muhajjrih ( hijrah membawa agama ) dan jika tidak pergi di jalan Allah kita bisa menjadi Anshor ( orang-orang yang menerima Muhajjirin ). Dengan pergi di jalan Allah ini meniru-niru daripada pergerakan dan perjuangan merka yang telah di ridhoi Allah ini, mudah-mudahan Allah juga golongkan kita termasuk daripada “Orang-orang yang mengikuti mereka ( Nabi dan Sahabat, Muhajjir dan Anshor ) dengan baik.” Untuk perkara inilah penting kita ikut mengambil bagian dari pada usaha nubuwah ini.
Allah berfirman :
“Walladzina’amanu wahajaru wajahadu fissabillillahi walladzina awawwa nasharu ulaika humul mukinuna haqqan lahummaghfirotuw warizqun kariim.” ( 8 : 74 )
Artinya : Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah ( Muhajjir ) serta berjuang pada jalan Allah, dan orang-orang yang memberi tempat kediaman ( Anshor ) dan memberi pertolongan (kerja sama antara Muhajjir dan Anshor / orang tempatan), mereka itulah orang-orang yang beriman  dengan Haq ( yang benar-benar beriman ). Mereka memperoleh ampunan dan rezeki yang mulia.
Jadi orang-orang yang beriman ini, mereka tidak ada keraguan dalam menjalankan perintah Allah dan mereka buktikan dengan berkorban di jalan Allah. Allah telah bahwa orang yang mau berjuang di jalan Allah lah yang Imannya adalah Haq, Iman yang sebenarnya. Kita tidak bisa mengklaim diri kita beriman jika kita belum bisa membuktikan diri kita kepada Allah, bahwa kita mau berkorban di jalannya sebagaimana nabi SAW dan para Sahabat RA dahulu yang telah membuktikan keimanan mereka dengan pengorbanan yang nyata di jalan Allah.
Allah berfirman :
“Apakah Kamu mengira bahwa kamu akan masuk Surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad diantaramu, dan belum nyata orang-orang yang sabar.” ( 3:142)
Rasullulah SAW bersabda mahfum :
“Permisalan seorang yang melakukan Jihad di jalan Allah adalah seperti orang yang berpuasa di siang hari, menghabiskan masanya membaca qur’an dalam sholat, bersedekah secara terus menerus sampai si Mujahid itu kembali. Itupun orang yang pergi di jalan Allah masih melebihi daripada itu.”
Allah Swt  berfirman :
“Apakah (orang-orang) yang memberi minuman orang-orang yang mengerjakan haji dan mengurus Masjidilharam kamu samakan dengan orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian serta bejihad di jalan Allah? Mereka tidak sama di sisi Allah; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang zalim (At-Taubah-19)”
Ayat ini turun asbab ketika Rasullah Saw hijrah, parah orang kafir Quraish mencibir bahwa Nabi SAW sudah meninggalkan amalan yang besar ke tempat yang tidak ada sama sekali keutamaan yaitu Madinah. Mereka berpendapat bahwa tinggal di Mekkah itu lebih mulia dan melayani orang ibadah haji tentu nilainya lebih tinggi dibanding hijrah ke Madinah untuk berdakwah. Maka Allah bantahlah cibiran kafir Quraish ini bahwa tidak sama nilainya, lebih tinggi orang-orang yang pergi di jalan Allah. Padahal sholat di masjidil haram ini nilaninya 100.000 kali lebih tinggi di banding mesjid-mesjid di luar tanah haram, belum lagi nilainya bertambah ketika bulan Ramadhan, namun semuanya itu ditinggalkan oleh Nabi Saw dan para Sahabat RA demi takaza dakwah. Apalagi kalau dibandingkan hanya meninggalkan kantor, meninggalkan pesantren, wong keutamaan masjidil haram di bulan ramadhan dan berkhidmat untuk jemaah Haji aja di tinggalkan demi Takaza Dakwah.
Jangan sampai yang namanya Dunia menghalangi kita dari Kerja Dakwah ini dan dari berjuang di jalan Allah. Apa itu yang namanya dunia ? segala sesuatu selain Allah yang dapat menjauhkan kita dari perintah Allah adalah dunia.
Allah berfirman :
“Katakanlah : Jika Bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, istri-istrimu, kaum keluargamu, harta kekayaanmu yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiaannya, rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari pada Allah dan rasulNya dan dari berjihad di jalanNya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusanNya. Dan Allah tidak akan memberi petunujuk kepada orang-orang yang fasik.” (9 : 24)
Inilah definisi dunia menurut sebagian ulama, dan bagaimana dengan teknologi, ekonomi, kekuasaan, dan kekuatan  militer ? Itu hanyalah keperluan manusia saja bahkan hanya seperti hiasan dunia saja. Jadi jangan sampai kita salah faham, bukan berarti kita tidak perlu teknologi, ekonomi, kekuasaan, dan kekuatan militer, hanya saja itu bukan sebagai maksud kita, tetapi hanya sebagai keperluan saja.
Allah berfirman :
“Sesungguhnya kami telah jadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, agar kami menguji mereka siapakah diantara mereka yang terbaik perbuatannya.” (18 : 7)
Dari riwayat Tirmidzi, Allah berfirman dalam Hadits Qudsi :
“Wahai anak Adam jadikan seluruh hidupmu untuk beribadah kepadaKu, niscaya Aku akan penuhi dadamu dengan kekayaan dan Aku akan penuhi kebutuhanmu. Dan apabila engkau tidak mengerjakannya, niscaya Aku penuhi kedua tanganmu dengan kesibukan dan Aku tidak akan memenuhi kebutuhanmu.”
Rasullullah SAW bersabda mahfum :
“Apabila engkau membaktikan dirimu hanya untuk kepentingan perniagaan, dan menyebar lembu-lembumu untuk pertanian, dan engkau puas dengannya, dan meninggalkan Jihad, maka Allah akan melimpahkan kehinaan ke atasmu. Kehinaan ini tidak akan diangkat sehingga engkau kembali kepada agamamu ( dan berjihad di jalannya )”. ( HR Abu Dawud )
Orang-orang yang sibuknya hanya memperbaiki memperbaiki keperluan saja dan melupakan maksud, maka pasti dan pasti kehidupannya akan dipenuhi masalah. Kalau memperbaiki keperluan ini dijadikan maksud maka yang terjadi adalah masalah akan bermunculan. Seperti seorang turis yang naik kapal pesiar lalu dia transit di suatu pulau. Kalau si turis ini ketika dia turun kepulau tersebut lalu membangun rumah membeli mobil dan semua peralatan hidup maka hidupnya akan menjadi masalah ketika dia harus meninggalkan pulau untuk pergi ke kota yang dia tuju. Ini karena transit di pulau itu bukan maksud hanya keperluan, dan itu semua harus kita tinggalkan untuk menuju tempat tujuan terakhir yaitu akheratnya Allah. Jadi harta, teknologi, ekonomi, semua ini hanya keperluan saja bahkan menjadi ujian buat kita, karena semua itu hanya perhiasan dunia yang suatu saat harus kita tinggalkan menuju kampung akherat. Namun bukan berarti kita melupakan keperluan kita di dunia ini, karena walau bagaimanapun yang namanya keperluan ini adalah sarana untuk dapat mencapai maksud.
Ibarat / Kiasan :
Kapal adalah alat atau kendaraan menuju kampung akherat. Namun yang terpenting dari kapal ini yang perlu di jaga agar jangan sampai terjadi adalah bagaimana agar kapal ini jangan sampai bolong sehingga air dapat masuk kedalam kapal. Sehingga menyebabkan kapal bisa tenggelam. Air ini adalah dunia, tanpa air kapal tidak bisa jalan, namun jika air masuk kedalam kapal, maka kapal bisa karam. Jadi penting kita usahakan bagaimana hati kita ini tidak bolong kemasukan air dunia. Jika dunia sudah masuk kedalam hati maka hati kita akan tenggelam sebagaimana tenggelammnya kapal yang kemasukan air. Jadi dunia ini hanya keperluan saja agar kapal kita bisa sampai pada tujuannya yaitu akherat. Orang yang hatinya sudah kemasukan dunia ini akan terjangkit penyakit wahan. Apa itu penyakit Wahan yaitu penyakit cinta dunia (Hubbud Dunia) dan Takut Mati. Lalu bagaimana mengatasi penyakit ini, ulama buat ijtihad yaitu dengan meninggalkan dunia yang kita cintai ini sementara saja dengan pergi di jalan Allah. Pergi di jalan Allah meninggalkan dunia yang kita cintai ini hanya latihan saja sebelum maut menjemput dan kita harus meninggalkan dunia selamannya. Inilah cara kita mempersiapkan diri.
Allah berfirman :
“Wahai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan satu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari adzab yang pedih ? yaitu kamu beriman kepada Allah dan RasulNya, lalu kamu berjuang di jalan Allah dengan harta dan diri kamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu andaikan jika kamu mengetahuinya. Allah akan mengampuni dosa-dosamu, dan Allah akan  memasukkanmu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, dan tempat tinggal yang baik di dalam surga. Itulah Keuntungan ( kemenangan dan kejayaan ) yang besar.”
( 61 : 10 – 12 )
Disini Allah menawarkan kepada orang beriman suatu perdagangan dengan Allah, berbisnis dengan Allah, yang dapat menyelamatkan kita dari pada siksa Allah yang pedih. Padahal Allah tidak memerlukan kita. Jadi tawaran ini hanya sebagai kasih sayang Allah kepada kita agar mau beramal. Tawaran perniagaan yang seperti apa yang Allah tawarkan :
1.            Beriman kepada Allah dan RasulNya
2.            Berjuang di jalanNya dengan harta dan diri kita
Maka keuntungannya dari perniagaan ini hingga Allah katakan sebagai keuntungan, kemenangan, kejayaan yang besar andaikan saja kita mengetahuinya. Apa keuntungan itu :
1.            Ampunan dosa-dosa kita
2.            Dimasukkan kedalam Surga
Jadi derajat mereka yang mau berkorban di jalan Allah ini sangat tinggi sekali di sisi Allah, sehingga Allah menawarkan Jihad Fissabillillah ini  sebagai  suatu perniagaan yang dapat memberikan keuntungan bagi kita. Bahkan Allah mengancam bagi mereka yang tidak mau berkorban di jalan Allah atau mau berhenti atau istirahat daripada jalan Allah ini :
Allah berfirman :
“ Dan belanjakanlah hartamu di jalan Allah, dan janganlah kamu melemparkan diri kamu ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. “ ( 2 : 195 )
Asbabun Nuzul daripada ayat ini adalah ketika seorang sahabat hendak cuti atau istirahat, atau tidak mau ikut pergi di jalan Allah karena sedang mempunyai urusan. Sehingga turunlah ayat ini untuk mereka yang ada terlintas untuk istirahat atau berhenti dari berjuang di jalan Allah.
Di dalam Al Qur’an Allah berfirman :
“ Sesungguhnya Kalian adalah ummat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyeru kepada yang Ma’ruf (dakwah), dan mecegah yang mungkar, dan beriman kepada Allah…”
(3 :111)
Disini Allah bilang kita sebagai Choiru Ummat atau Umat terbaik tentu ada sebabnya. Ini dikarenakan kita diamanahkan untuk memikul suatu kerja yang tidak diamanah kepada umat sebelumnya yaitu kerja kenabian atau kerja dakwah. Menyeru manusia kepada yang Ma’ruf dan mencegah yang mungkar atau dakwah ini adalah identitas umat Nabi SAW sebagai pelanjut risalat kenabian. Jika kita tidak melakukan tugas ini maka ini seperti polisi yang berpakaian polisi tetapi tidak mau mengerjakan tugasnya, hanya mau duduk-duduk saja diwarung, pasti dia akan dimarahi atasannya. Baju Polisi yang melambangkan identitas seorang polisi ini seperti kerja dakwah yang merupakan identitas umat ini. Jika kita tidak melakukan tugas yang menjadi identitas kita sebagai umat Nabi SAW maka kita akan dimurkai Allah Ta’ala.
Dalam Mahfum Hadits, Dari Aisyah R.ha berkata mendengar Nabi SAW bersabda :
“ Hai Manusia, Allah SWt berfirman kepada kalian : “Serulah (dakwahlah) kepada manusia untuk berbuat kebaikan dan cegahlah mereka dari perbuatan mungkar”, sebelum datang kepada kalian (akibatnya) dimana kalian berdo’a kepadaKu tetapi Aku tidak akan menerima do’a kalian, kalian meminta kepadaKu tetapi Aku tidak akan memenuhi permintaan kalian, kalian memohon pertolongan kepadaKu tetapi Aku tidak akan menolong kalian.” (At Targhib)
Dari Abu Hurairah, Nabi SAW bersabda mahfumnya :
“Apabila umatku sudah mengagungkan dunia (maksudnya : mendahulukan dunia dibanding perintah Allah), maka tercabutlah dari mereka dari kehebatan islam. Apabila umatku meninggalkan Amar Ma’ruf Nahi Mungkar (Dakwah), maka diharamkan bagi mereka keberkahan wahyu (Kefahaman Agama). Dan apabila umatku sudah saling caci mencaci (hujat menghujat) satu sama lain, maka jatuhlah mereka dari pandangan Allah Ta’ala.” (HR Hakim dan Tirmidzi)
Dari Abu Said Al Khudri, Nabi SAW bersabda :
“Barangsiapa melihat suatu kemungkaran maka hendaklah cegah dengan tangannya. Jika tidak mampu cegahlah dengan lidahnya. Jika tidak mampu hendaklah dia merasa benci dalam hatinya dan ini adalah selemah-lemahnya Iman.” (HR Muslim)
Oleh karena itu penting ada diantara kita yang siap melakukan inisiatif untuk mengajak manusia kearah perbaikan seperti yang telah dicontohkan oleh Nabi SAW. Walaupun itu hanya segolongan orang yang memulainya demi tegaknya agama dan perbaikan atas ummat.
Allah berfirman :
“Dan hendaklah ada diantara kalian segolongan ummat (jemaah) yang menyeru kepada kebaikan, menyeru kepada yang Ma’ruf, dan mencegah kemungkaran, dan merekalah orang-orang yang beruntung.” (3:104)
Disini bahkan Allah bilang bagi orang yang mau menyeru manusia kepada kebaikan ini sebagai orang-orang yang beruntung. Dan hanya orang-orang yang mencintai Allah, Rasul, dan Agamanya Allah saja yang mampu berfikir ke arah tersebut dan mau membuat usaha perbaikan atas Ummat. Tanda-tanda kecintaan seseorang kepada Allah yaitu terlihat dari keinginan dia mengikuti orang yang paling Allah cintai agar dia bisa mendapatkan cinta dari Allah kepadanya.
Allah berfirman :
“Katakanlah (hai Muhammad SAW) : Jika kamu mencintai Allah , ikutilah Aku, niscaya Allah akan mengasihimu, dan mengampuni dosa-dosamu..” (3:31)
Inilah yang Allah minta kepada orang yang mengaku cinta kepada Allah yaitu dengan mengikuti jalan orang yang paling dicintaiNya yaitu Nabi SAW. Hanya dengan cara Nabi SAW kita akan mendapatkan cinta Allah SWT, ini karena Allah telah mewariskan kepada Nabi Sunnanul Huda atau Jalan-jalan Hidayah (Petunjuk). Jika kita berjalan diluar Sunnanul Huda niscaya tersesatlah kita. Sekarang bagaimana cara mengikuti Nabi SAW ? Apa itu jalan Nabi SAW ?
Allah berfirman :
“Katakanlah (hai Muhammad SAW) : ini adalah jalanku, Aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (manusia) kepada Allah dengan Hujjah yang nyata…” (12:108)
Allah telah perintahkan kepada Nabi SAW untuk menjelaskan jalan hidupnya kepada manusia agar mereka mengikutinya. Apa itu jalan hidup Nabi Muhammad SAW dan pengikutnya yaitu mengajak orang untuk taat kepada Allah dan semua Perintah-perintahNya. Inilah yang namanya Dakwah yaitu mengajak orang kepada Allah saja dan untuk taat kepada perintah-perintahNya. Inilah maksud dikirimkan rombongan-rombongan dakwah ke seluruh pelosok dunia. Jadi jalan dakwah ini adalah jalan hidup kenabian dan salah satu sunnah Nabi SAW. Hanya dengan mengikuti jalan yang orang kita cintai baru cinta kita ini dapat dibenarkan. Bagaimana kita bisa mengaku cinta sementara kita tidak mau mengikuti orang yang kita cintai.
Dalam Hadits Mahfum Nabi SAW bersabda :
Barang siapa yang mengamalkan sunnahku berarti dia mencintaiku, dan barang siapa yang mencintaiku maka dia akan di surga bersamaku.” (Al Hadits)
“Semua orang dari ummatku akan masuk surga kecuali yang menolak.” Para sahabat bertanya, “Siapakah yang menolak ya Rasullullah SAW ?” Nabi SAW menjawab, “Mereka yang menolak Sunnahku.” (Al Hadits)
Sedangkan Dakwah ini adalah Sunnah Nabi SAW yang nyata, bahkan kita ini disunnahkan dalam suatu riwayat nabi SAW :

“Balighul Anni Walau Ayyat”

Artinya : “ Sampaikanlah kepada mereka walaupun hanya satu ayat ”
Dalam Haji Wada, Haji Nabi SAW yang pertama dan yang terakhir Nabi SAW bersabda mahfum kepada para sahabat yang hadir :
“Sudahkah aku sampaikan kepada kamu perintah-perintah Allah ?” para sahabat RA semua menjawab, “Ya, engkau telah menyampaikan risalah itu !” lalu Baginda Nabi SAW berkata : “Ya Allah, saksikanlah ini ( pengakuan umatku ).” Nabi SAW bersabda kembali : “Hendaklah yang hadir disini menyampaikan kepada yang tidak hadir disini…”
Inilah sign, tanda,  dari Nabi SAW agar kita siap untuk menyampaikan agama ke suluruh permukaan bumi. Inilah sebabnya banyak maqam sahabat ditemukan di luar negeri. Dari 114.000 sahabat hanya 14.000 sahabat yang ditemukan makamnya antara Mekkah dan Madinnah, selebihnya di luar negeri. Seperti Saad bin Abi  Waqqash RA makamnya ditemukan di Cina, Ayub Al Anshori di Turkey, Tariq bin Ziyad RA di Spanyol, dan lain-lain. Andaikata sahabat ini hanya memikirkan ibadah saja di mesjidil haram dan mesjid nawabi maka islam tidak akan tersebar dan kita kemungkinan masih menyembah patung dan kuburan.
Imam Malik Rah. A berkata :
“Tidak ada cara lain untuk memperbaiki ummat ini selain menggunakan cara Nabi SAW ketika memperbaiki Ummat pada kurun Awal.”
Jadi hanya dengan dakwah ummat akan terperbaiki karena dakwah ini adalah sarana atau alat untuk mempromosikan atau menyebar luaskan agama. Sudah  tertulis dalam sejarah setiap ummat terdahulu setelah tidak ada lagi kerja dakwah dari nabi-nabi mereka maka kecenderungan mereka akan menjadi kafir melalui tahapan :
1.     Tahap Pertama manusia akan meninggalkan amal ibadah
2.     Tahap Kedua manusia akan mengerjakan maksiat atau perbuatan mungkar
3.     Tahap Ketiga manusia akan meninggalkan agama menjadi kafir atau murtad karena sudah tidak ada lagi keyakinan pada agama bahwa agama dapat menyelesaikan masalah.
Tanpa Dakwah maka agama lambat laun akan pudar hingga tidak ada lagi orang yang mengamalkannya. Bahkan ketika ada yang mengamalkannya akan nampak aneh, bahkan yang mengamalkannya akan dicap seperti orang gila. Jika tidak ada dakwah maka tidak ada orang yang saling ingat mengingati karena Allah. Padahal di dalam Al Qur’an dibilang bahwa peringatan itu baik buat orang beriman. Tanpa Dakwah, agama ini seperti barang bagus tetapi tidak laku atau tidak ada yang mau membeli. Ini karena tidak ada yang mempromosikannya sehingga tidak ada yang mau membeli. Dakwah ini adalah sarana untuk mempromosikan manfaat-manfaat agama dan menjelaskan kerugian yang terjadi bila kita meninggalkannya. Jadi Dakwah ini adalah tulang punggung agama. Tanpa Dakwah yang Haq maka Dakwah yang Bathil akan masuk. Jika Dakwah yang bathil sudah masuk seperti promosi minuman keras, perjudian, prostitusi, pakaian-pakaian yang vulgar, dan lain-lain, maka keimanan orang akan menurun. Jika Iman sudah menurun maka Amal Ibadah akan berkurang, akhlaq manusia akan menjadi buruk, muamalah dan muasyaroh manusia akan rusak. Ketika itu maka do’a tidak akan didengar dan pertolongan Allah tidak akan datang, yang ada hanya kerusakan yang terjadi dalam kehidupan manusia. Ketika itu semua masalah akan berdatangan. Namun dengan Dakwah maka keimanan akan datang, agama akan tersebar, amal agama akan meningkat, akhlaq manusia akan bagus, perdagangan dan hubungan antar manusia akan baik, dan pertolongan Allah akan datang kepada ummat ini. Atas perkara ini penting kita membantu agama Allah agar Allah perbaiki kehidupan kita.
Allah berfirman :
“Hai orang-orang beriman jika kamu membantu agama Allah maka Allah akan menolongmu dan menguatkankan kedudukanmu.” (47:7)
ini adalah janji Allah bagi mereka yang mau membantu agama Allah maka Allah akan menolong kehidupan kita memperbaiki keadaan rusak dan Allah akan menyelesaikan seluruh masalah yang dihadapi oleh seluruh manusia. Inilah yang dianjurkan ulama yaitu belajar menyelesaikan masalah dengan amal agama. Belajar menyelesaikan masalah dengan pertolongan Allah. Bagaimana cara mendatangkan pertolongan Allah yaitu dengan menjalankan perintahnya. Setiap perintah Allah dibaliknya pasti ada pertolongan Allah. Seperti seorang duta negara yang diperintahkan negaranya jika terjadi sesuatu pasti negara tersebut akan menolong dutanya karena si duta bertindak berdasarkan perintah negara. Apalagi dengan menolong agama Allah, pasti Allah akan menolong kita balik. Hanya dengan agama Allah saja semua permasalahan dapat terselesaikan. Namun syaratnya harus ada niat dan kesungguhan usaha dari ummat tersebut untuk memperbaiki keadaan.
Allah berfirman :
“…Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan nasib suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri…” (13 : 11)
Jadi Allah baru mau membantu merubah suatu kaum setelah kaum itu mau berusaha untuk merubah kehidupannya sendiri. Allah akan mendatangkan perbaikan pada suatu kaum jika kaum itu mau buat usaha perbaikan. Apa yang harus diperbaiki pertama kali yaitu kondisi agamanya, karena baik atau buruknya manusia tergantung pada kondisi agama  yang ada diri mereka. Sedangkan Agama ini adalah solusi yang Allah berikan untuk menyelesaikan seluruh masalah manusia sampai hari kiamat.
Hidupkan amal-amal mesjid nabawi di setiap mesjid maka akan datang perbaikan dan peningkatan qualitas hidup bagi orang-orang yang tinggal di kampung itu. Sebagaimana terperbaikinya kehidupan ummat di madinah pada jaman Nabi SAW. Bagaimana kehidupan para sahabat terperbaiki dan meningkat qualitasnya setelah Agama tersebar melalui mesjid Nabawi. Syaratnya harus ada orang yang mau bergerak mengajak manusia kepada kebaikan.
Dari Anas RA :
Kami para sahabat RA bertanya “Ya Rasullullah SAW kami tidak akan menyuruh orang untuk berbuat baik sebelum kami sendiri mengamalkan semua kebaikan dan menjauhi semua kemungkaran.” Maka Nabi SAW bersabda, “ Tidak, bahkan serulah orang untuk berbuat baik, meskipun kalian belum mengamalkan semuanya. Dan cegahlah kemungkaran, meskipun kalian belum menghindari semuanya.”
(HR Thabrani)
Inilah isyarat dari Nabi mengenai pentingnya kerja dakwah walaupun kita belum sempurna mengerjakan kebaikan dan belum sempurna meninggalkan kemaksiatan. Dan hanya dengan mendakwahkan agama saja keadaan akan terperbaiki bukan dengan ekonomi, teknologi, kebudayaan atau dengan kekuasaan itu hanya keperluan saja. Kalau masih memerlukan itu berarti agama belum sempurna karena tidak bisa menyelsaikan masalah manusia. Sedangkan Agama ini sudah sempurna Allah berikan kepada manusia sebagai solusi untuk menyelesaikan seluruh masalah. Siapa saja yang mencari solusi diluar solusi yang telah Allah berikan kepada manusia maka yang akan terjadi hanyalah masalah. Selain dengan agama maka manusia hanya menyelesaikan masalah dengan masalah, bukan masalah selesai tetapi hanya akan menambah masalah.
Allah berfirman :
“…Pada hari ini telah aku sempurnakan untukmu agamamu dan telah Aku sempurnakan nikmatKu kepadamu dan telah Aku relakan islam menjadi agamamu…” (5 : 3)
Semua sudah sempurna Allah berikan dari rumus dan methode untuk menyelesaikan seluruh masalah yang di hadapi oleh manusia sampai hari kiamat, tidak ada cara lain. Selain cara Allah dapat dipastikan akan menemukan kegagalan. Seperti kaum ad yang sukses membuat usaha atas kesehatan dan kekuatan tetapi ingkar terhadap Agama maka mereka berakhir binasa. Kaum Madyan yang sukses membuat usaha atas perbaikan ekonomi dan keuangan juga berakhir binasa karena mereka ingkar terhadap Allah dan AgamaNya. Kaum Saba yang sukses membuat usaha atas pertanian namun ingkar terhadap perintah Allah maka mereka Allah binasakan. Kaum Luth yang sukses membuat usaha atas peningkatan qualitas seksualitas untuk mencapai kebahagiaan, merekapun Allah binasakan. Kaum Tsamud yang sukses membuat usaha atas teknologi arsitektur juga Allah telah hancurkan. Firaun dan Namrud yang sukses membuat usaha atas kekuasaan, sangking berkuasa sampai mengaku sebagai tuhan, juga Allah hancurkan. Qorun yang sukses membuat usaha atas peningkatan harta dan kebendaan juga Allah telah hancurkan. PM Hamman Laknatullah Alaih yang sukses membuat usaha atas karir politik juga telah Allah hancurkan karena ingkar terhadap perintah Allah. Abrahah yang sukses membuat usaha atas kekuatan militer juga telah Allah hancurkan. Hanya dengan cara Nabi dan para sahabat saja keadaan akan terperbaiki selain itu akan berakibatkan kebinasaan. Hanya dengan amal-amal agama saja keadaan terperbaiki, bahkan akan Allah buat ummat islam berkuasa kembali. Lalu Allah akan menukar keadaan mereka yang susah dan penuh dengan masalah dan penderitaan menjadi keadaan yang aman dan sentosa. Dan ini adalah janji Allah yang mutlak kepastiannya. Caranya mendapatkannya bagaimana ? yaitu dengan menghidupkan amal-amal agama didalam kehidupan ummat saat ini.
Allah berfirman :
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang beriman diantara kamu dan yang mengerjakan amal-amal sholeh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana mereka telah menjadikan orang-orang sebelum kamu berkuasa, dan sungguh dia akan menguhkan bagi mereka Agama yang telah di RidhoiNya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar keadaan mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa… ” ( 24 : 55 )
Apa yang perlu kita fikirkan dan kita risaukan saat ini. Bagaimana umat yang 6 milyar, tetapi hanya 1.5 milyar yang muslim. Dari 1.5 milyar berapa banyak yang sudah melakukan sholat. Lalu berapa banyak orang yang mati tiap hari tanpa mengucapkan La Illaha Illallah. Tiap hari kurang lebih 200.000 orang mati tanpa mengucapkan La Illaha Illallah, ini siapa yang bertanggung jawab. Kita ini Allah kasih islam bukannya gratis tetapi datang dengan tanggung jawab untuk menyampaikan agama kepada yang belum tau. Akherat adalah tempat untuk saling menagih Hak, nanti asbab orang tidak dakwah ini maka ini bisa menjadi asbab orang tersebut masuk kedalam Neraka. Anaknya, Saudaranya, tetangganya, temannya dan umat akan menagih haknya kenapa tidak disampaikan atau diajak dalam berbuat kebaikan ketika di dunia, kenapa mereka tidak diperingatkan. Asbab ini Allah bisa kirim kita ke Neraka. Tetapi ada orang yang dosanya sejauh mata memandang, tetapi Allah tunjukan suatu buku amalan yang penuh dengan amal Ibadah orang lain asbab dia mengajak satu orang lain untuk tobat dan orang ini mengajak yang lainnya dalam amal dan ibadah. Sehingga Allah duplikatkan amal ibadah mereka kepada orang pertama yang mengajak mereka.
Jika tidak ada risau dan fikir maka agama tidak bisa bergerak atau berkembang. Kalau Kerja Agama tidak jalan  maka kerusakan akan timbul dimana-mana. Tanpa agama manusia ini akan rusak dan merusaki, jauh lebih jahat dari binatang sebagaimana kaum jahiliyah terdahulu yang menjadikan ibu hamil sebagai ladang judi. Ibu hamil ini di belah perutnya hidup-hidup lalu diambil anaknya untuk sebagai bahan perjudian. Jadi tanpa Dakwah atas yang Haq maka Dakwah terhadap yang Bathil akan tegak dan merajalela. Seperti Iklan yang ada di TV menawarkan baju-baju ketat yang tidak pantas bagi wanita dikenakan. Dulu di Indonesia tahun 1970-an jika ada orang pakai rok mini atau baju ketat yang terlihat auratnya maka orang ini akan dibilang tidak punya moral. Tetapi kini orang yang berpakaian demikian akan dibilang maju dan modern. Hari ini karena tidak ada usaha atas agama, perempuan bangga memperlihatkan aurat mereka, sehingga laki-laki mudah tergoda untuk bermaksiat. Maksiat dimana-mana, perjudian, perzinahan, dan minum-minuman keras dimana-mana sudah menjadi hal biasa. Saat ini dalam diri ummat sudah ada rasa kebanggaan ketika melanggar perintah Allah, inilah yang namanya Dzoluman Jahula, yaitu Kebodohan yang Paling Jahil. Sahabat dibilang jahil karena belum mengenal agama, sedangkan kita lebih super jahil dari mereka karena kita sudah tahu perintahnya tetapi masih dilanggar. Ini karena tidak ada Kerja Agama atau Dakwah.
Berdasarkan perkiraan, dulu tahun 1980-an jika orang ditanya berapa persen penduduk Indonesia jawabnya 90% penduduk Indonsia adalah orang Islam ( 90% dari 200Jt = 180Jt). Tetapi kini tahun 2003 karena tidak ada kerja Dakwah, umat Islam tinggal 85 % menurut pendataan penduduk. Ini siapa yang salah, butuh berapa lama lagi untuk umat Islam di Indonesia pindah agama jika dalam 20 tahun terjadi penurunan 5% dari jumlah total umat Islam. 5% dari 200 juta orang berarti 10 juta orang pindah agama dalam kurun waktu kurang lebih 20 tahun. Ini berarti satu juta orang tiap 2 tahun lari dari agama Islam. Ini perlu jadi fikir kita jika tidak maka nanti tanpa kita sadari cucu-cucu kita telah tidak kenal Allah lagi. Salah siapa, ini salah kita karena kurang sungguh-sungguh dalam kerja agama. Hanya dengan Dakwah, yang bathil akan hilang dan yang Haq akan tegak. Namun hanya Dakwah yang dicontohkan oleh Nabi SAW yang akan effective dalam menumpas kebathilan. Perancis tidak ada dakwah, maka gereja mereka dijadikan Night Club. Dan inipun bisa terjadi pada kita di indonesia yang mayoritas islam jika kita tidak mau mengerjakan Kerja Dakwah dan Tabligh ini. Di Perancis tahun 1960-an Mesjid hanya satu namun asbab ada kerja dakwah dari orang-orang India yang mengirimkan rombongan jemaah tabligh kesana, sekarang di Paris saja terdapat 700 mesjid, dan diseluruh Perancis terdapat 2000 mesjid. Dulu Nabi SAW asbab kerja  bermulai dari 5 orang sahabat dengan sungguh-sungguh berapa banyak umat Islam kini termasuk kita yaitu tidak kurang 1.5 milyar orang telah masuk kedalam Islam. Jika ada Fikir dan Risau yang sungguh-sungguh maka Agama akan wujud dalam diri kita dan dalam diri umat.
Nikmat yang paling tinggi bagi umat ini adalah diwarisinya umat ini atas kerja nubuwah atau kerjanya para Nabi. Nabi tidak diwariskan harta dan takhta, tetapi Nabi dan umat ini diwarisi kerja Nubuwat oleh Allah Ta’ala. Asbab kerja ini umat ini diangkat derajatnya oleh Allah sebagai “Choiru Ummah : Umat Terbaik”, dan telah diberitakan dalam kitab-kitab terdahulu yang membuat nabi-nabi iri terhadap umat ini.  Penting kita jadikan Kerja Nubuwat ini menjadi kerja kita, karena ini adalah identitas kita sebagai Umat Nabi SAW dan Amanah dari Allah Ta’ala. Dan semua nikmat di dunia ini akan dihisab oleh Allah Ta’ala termasuk Nikmat terbesar umat ini yaitu kerja Dakwah. Sahabat karena telah menjadikan Kerja, Fikir, dan Maksud Nabi menjadi Kerja, Fikir, dan Maksud hidup mereka, maka kemuliaanpun dan kejayaan Allah datangkan di bawah kaki mereka. Bilal RA sebelumnya menjadi budak lalu meninggal sebagai Gubernur di Yamman. Jaman Umar RA, Romawi dan Persia beserta kemewahannya takluk dibawah kaki Umar RA.
Allah berfirman :
Artinya : Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjuang di jalan Allah dengan harta dan diri mereka adalah lebih tinggi derajat mereka di sisi Allah, dan mereka itulah yang mendapatkan kemenangan. Tuhan mereka menggembirakan mereka dengan memberikan rahmat dari padaNya, keridhoanNya, dan Surga, mereka memperoleh didalamnya kesenangan yang kekal. ( 9 : 20-21 )
Sahabat telah korbankan segala-galanya, anak, istri, harta, dan diri mereka agar kita dapat selamat dari adzab Allah, tetapi lihat kini apa yang kita lakukan, hanya duduk saja sibuk dengan urusan kita masing2x, tidak ada waktu sama sekali buat agama. Apa yang akan kita katakan nanti kepada mereka jika bertemu dengan para Sahabat. Bagaimana Jika sahabat tidak buat kerja Agama. Apa yang terjadi jika kita tidak memeluk Islam pada hari ini, ketika Mati Allah buang kita ke neraka selama-lamanya. Bagaimana perasaan orang yang dilempar Allah ke dalam Neraka selama-lamanya karena kita belum sempat  menyampaikan perkara ini kepada mereka.
Nabi SAW menangisi kita tiap hari dan selalu mendo’akan kita hingga kakinya bengkak bengkak dan matanya menjadi sembab karena kebanyakan menangis. Ketika hidupnya, Nabi SAW sudah mengatakan kita sebagai kekasih dan mereka yang lebih beruntung dari Sahabat, yang Imannya paling afdhol, karena mereka tidak pernah melihat Aku dan mukjizatku kata nabi, tetapi mereka beriman kepadaku. Kitalah yang dirindukan dan dirisaukan oleh Nabi SAW siang dan malam dalam do’anya. Sebelum beliau wafat menjelang sakratul maut yang di ingatnya adalah umatnya, Nabi SAW bekata kepada Jibril jika ini sakit yang dirasakan umatku maka timpakanlah seluruh sakit umatku sampai hari kiamat kepadaku saja. Inilah fikir dan risau Nabi. Sebelum Nabi SAW wafat kata-kata terakhir yang keluar dari mulut Nabi SAW adalah “ummati…ummati : umatku, umatku”. Ketika dibangkitkan yang diingat Nabi SAW pertama kali adalah umatnya, bukan istrinya, keluarganya, sahabatnya tetapi umatnya. Ketika umat Nabi SAW berjatuhan di shirath seperti hujan, Nabi SAW menunggu di ujung shirath sambil bersujud kepada Allah berdo’a : Selamatkan umatku, selamatkan umatku ya Allah. Inilah fikir dan risau Nabi terhadap kita. Jika kita duduk-duduk saja nanti ketemu nabi apa yang akan kita katakan kepadanya.
Allah telah mudahkan agama ini untuk kita, beda dengan sahabat yang harus menjalankan agama dengan sempurna 100%. Inilah standard sahabat dalam menjalankan agama, kurang sedikit maka Allah akan turunkan adzab dan dapat menjadi asbab tercampaknya mereka kedalam neraka. Tetapi kalau kita dalam sebuah mahfum hadits cukup dengan 10% saja  sudah bisa menjadi asbab kita selamat dari adzab Allah Ta’ala. Tetapi cara dan modelnya harus sama dengan sahabat. 10% dari 1 tahun adalah 40 hari, 10 persen dari 1 bulan adalah 3 hari. 10% dari 24 jam adalah 2.5 jam, dan ini yang harus kita jaga minimal. Yang penting adalah keistiqomahan kita untuk menjaga 10% waktu kita buat agama Allah. Sehingga Fikir Nabi dan Risau Nabi masuk kedalam diri kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar