Rabu, 16 Maret 2011

9. Pengorbanan Nabi SAW dan Sahabat RA dalam Dakwah


Hubungan kita dengan Allah Ta’ala hanya dapat dilakukan dalam Agama. Agama adalah hal-hal yang di inginkan Allah Ta’ala pada diri manusia dalam setiap waktu, tempat, dan keadaan. Dengan Dakwah maka kita dapat mewujudkan Agama dalam diri kita. Target dari dakwah adalah membuat sifat dan membentuk Iman dalam diri kita. Sebagaimana sahabat mendapat sifat dan Iman melalui dakwah yang penuh pengorbanan, sehingga Iman dan sifat Mereka terbentuk sesuai dengan yang Allah Ta’ala inginkan. 13 tahun sahabat berdakwah atas perkara Iman saja, sebelum syariat diturunkan. Pengorbanan yang mereka lakukan membuat Iman mereka menjadi kuat. Sehingga setiap perintah yang turun dapat dengan mudah dilaksanakan oleh sahabat.
Para sahabat disiksa hanya untuk mempertahankan Iman. Bilal RA dipanggang dan ditiban batu yang melebihi bobot badannya ditengah terik panas matahari namun Imannya tidak goyang. Kabab RA dipanggang punggungnya di atas bara namun Imannya tidak goyah. Ammar RA disiksa dengan ayah ibunya dipasir yang panas sehingga orang tuanya Syahid. Namun demi yang namanya Iman mereka bersabar atas penderitaan. Inilah kesabaran para Sahabat dalam memperjuangkan Agama.
Begitu pula penderitaan yang dialami Nabi SAW semenjak kecil. Ketika lahir ayahnya telah tiada. Rasulullah SAW hanya merasakan kasih sayang seorang ibu dalam 2 bulan saja. Baru merasakan sedikit kebahagiaan dengan kakeknya, Rasulullah SAW harus bersabar melihat kakeknya meninggal hanya dalam waktu kurang dari setahiun. Tarbiyah demi tarbiyah Allah berikan kepada Nabi SAW  supaya siap menerima tanggung jawab kenabian. Tarbiyah yang Allah berikan kepada Nabi SAW ini telah membentuk sifat dalam diri Nabi SAW.
Setelah ayat pertama turun yaitu ayat Iqro : “Bacalah”, Nabi SAW dituntut untuk membaca keadaan ummat. Namun karena takutnya menerima wahyu pertama kali, untuk beberapa saat Nabi berusaha menenangkan diri. Lalu turunlah perintah “Ya hayyuhal Mudatsir Kum Fa Anzir Farabbaka Fakabbir.” Artinya : “Wahai orang yang berselimut bangunlah dan besarkanlah nama tuhanmu.” Inilah awal dari perintah Allah SWT kepada Nabi SAW untuk memulai dakwah. Jadi kita berdakwah bukan karena nafsu kita tetapi ini karena perintah Allah sebagaimana yang Allah perintahkan kepada Nabi SAW. Setelah turun ayat ini, Nabi SAW berkata kepada istrinya, “Mulai hari ini tidak ada waktu untuk istirahat lagi.” Semenjak itu Nabi SAW tidak pernah berhenti dari kerja dakwah. Pergi pagi baju bersih pulang petang baju sudah kotor. Pernah suatu hari Nabi SAW asbab keletihan dari menyampaikan agama pada orang, beliau hendak beristirahat sebentar. Namun belum sempat tertidur turunlah ayat : “Ya Ayyuhal Muzammil Kumillaila illa qollila…” Ketika itu Nabi SAW diperintahkan untuk bangun malam menghadap Allah, mendirikan ibadah malam, sehingga hilanglah waktu untuk istirahat beliau SAW. Inilah kerja Nabi SAW yang tidak mengenal waktu dan lelah. Cobaan dan kepayahan dilewati oleh Nabi SAW, sampai-sampai Nabi SAW berkata mahfum : “Tidak ada satu manusiapun yang penderitaannya melebihi aku”. Pernah Nabi SAW membawa Siti Fatimah ke Masjidil Haram, ketika dalam keadaan sujud Nabi SAW badannya di lempari kotoran onta oleh orang kafir Quraish, sehingga membuat Siti Fatimah yang masih kecil menangis melihat keadaan ayahnya.  Melihat kotoran yang menempel pada badan ayahnya, Siti Fatimah sambil menangis berusaha membersihkan kotoran onta tersebut dari ayahnya. Ketika beliau berdakwah, orang-orang yang memberikan beliau gelar Al-Amin, berbalik menghina beliau dengan panggilan Al Majnun ( orang gila ). Kehidupan beliau diboikot sehingga beliau berhari-hari dengan istrinya tidak makan apapun selain biji korma dan air putih. Selama 3 bulan dapur nabi SAW tidak mengeluarkan asap, tidak ada masakan atau makanan.
Belum lagi ketika beliau ke Thaif dengan penuh harapan penduduk Thaif mau memeluk Islam, ternyata yang diterimanya adalah siksaan. Rasululllah SAW dihina dan dilemparkan batu, sampai keluar kotapun masih dihajar. Darah segar Rasullullah SAW mengalir dari kepala beliau SAW banyak sekali. Disinilah Rasulullah SAW berdoa yang doanya menggetarkan hati seluruh penduduk langit. Ketika itu seluruh penduduk langit murka dan Allah Ta’ala telah memerintahkan malaikat untuk siap menerima perintah apapun dari Nabi SAW jika Nabi SAW berkeinginan menghancurkan Thaif. Tetapi apa yang dikatakan Nabi SAW menjawab kesediaan para malaikat tersebut yaitu  Nabi SAW berdoa yang bunyinya : “Ya Allah bukan ini yang aku mau, aku berdoa karena kelemahanku dalam berdakwah, karena ketidak mampuanku dalam menyampaikan “. Lalu Nabi SAW malah mendoakan kebaikan untuk para penduduk Thaif agar suatu saat nanti mereka mau memeluk Islam. Inilah yang dilakukan Nabi SAW yaitu membalas keburukan dengan kebaikan. Inilah kesabaran Rasullullah SAW dalam menghadapi cobaan. Ketika semua malaikat telah siap untuk menghancurkan Thaif yang telah menyiksa beliau, tetapi beliau malah mendoakan kebaikan buat mereka yang telah menyiksa beliau SAW. Namun cobaan dan ujian kepada Nabi SAW tidak hanya berhenti sampa di Thaif saja, masih banyak lagi cobaan dan penderitaan yang harus dilewati Nabi SAW. Di saat penting-pentingnya Dakwah Rasulullah SAW di Mekkah berturut-turut Rasulullah SAW harus kehilangan 2 orang yang dicintai dan mendukungnya dalam berdakwah yaitu istrinya, Khadijah R.ha, yang selalu menghiburnya ketika sedih dan pamannya Abu Thalib yang selalu membelanya dari siksaan orang kafir Quraisy. Cobaan demi cobaan, kesusahan demi kesusahan, terus di alami Nabi SAW hingga akhir hayatnya. Menjelang ajalnya Nabi SAW barulah bisa berkata, “Tidak akan ada lagi kesusahan setelah hari ini.”
Sahabat RA ini mencintai Nabi SAW melebihi cinta mereka pada keluarganya, pada orang tuanya, bahkan melebihi kecintaan mereka pada dirinya sendiri. Sahabat untuk bersabar ketika harus meninggalkan anak, istri dan mendapat berbagai macam siksaan, ini mudah saja bagi mereka. Tetapi Tidaklah mudah bagi sahabat menahan kesabaran ketika mereka melihat Rasulullah SAW dihina dan disiksa. Ini karena mereka. sahabat dahulu adalah seorang yang pemberani dan pendekar-pendekar perang. Ketika Hamzah RA mendengar Rasulullah SAW ditimpuki kotoran oleh Abu Jahal, beliau RA langsung menyampiri Abu Jahal dan memukulnya hingga jatuh dan berdarah, didepan para petinggi quraisy pada waktu itu. Padahal waktu itu Rasulullah SAW  tidak pernah menyuruh mereka mambalas atau menyatakan perang kepada orang kafir Quraish atas perlakuan mereka. Justru beliau malah menyuruh mereka, para sahabat RA, untuk bersabar atas orang kafir quraisy. Para sahabat rela bersabar diatas segala penderitaan demi Agama Allah. Mereka disiksa, keluarga mereka dibunuh, dihina dan dicaci maki, tetapi apa yang nabi anjurkan kepada mereka, yaitu bersabar, bukan membalas dengan nafsu dan dendam.
Allah Ta’ala menguji kesabaran para sahabat ketika susah dan sempit yaitu ketika di Mekkah, dan Allah Ta’ala menguji mereka ketika senang dan lapang ketika di Madinah. Ketika perjanjian Hudaiybiyah, para sahabat RA ditest kehormatannya oleh Allah Ta’ala. Sejauh mana mereka siap mengorbankan kehormatan mereka untuk Agama. Ketika perjanjian Hudaibiyah, saat itu para sahabat RA sudah dalam posisi siap tempur, dan keuntungan keadaan berpihak pada sahabat RA ketika itu. Namun apa yang terjadi disaat sahabat sudah merasa ini waktunya bagi mereka untuk membalas semua kekejaman kaum Quraish kepada mereka dan keluarga mereka. Justru keadaan yang menguntungkan itu ditolak mentah-mentah oleh Rasulullah SAW. Bahkan Rasullullah SAW menerima tawaran kafir quraisy yang tidak seimbang dan merugikan posisi mereka pada waktu itu. Secara logika apa yang diputuskan oleh Nabi SAW tidak dapat diterima oleh akal dan nalar para sahabat RA ketika itu. Hal ni membuat harga diri para sahabat ketika itu tercabik-cabik. Namun karena ini sudah menjadi keputusan Rasulullah SAW, maka mereka harus taat. Inilah kesabaran sahabat ketika mereka telah telah diujung kesabaran mereka untuk menggempur kafir quraisy, mereka masih tetap taat kepada Nabi SAW. Tetapi kejadian ini diabadikan oleh Allah Ta’ala dalam Al-Quran sebagai kemenangan umat Islam, walaupun para sahabat mengalami kekecewaan.
Bagaimana diceritakan ketika penaklukan kota Mekkah, orang kafir quraisy ketakutan melihat kekuatan umat Islam ketika itu. Abu Sofyan, Jendral orang quraisy yang ikut diberbagai pertempuran  melawan umat Islam, Hindun yang memakan hati paman Nabi, semua orang yang pernah menyiksa sahabat orang yang sama ketika itu sangat ketakutan. Namun apa yang terjadi, ketika Nabi berbicara di depan ka’bah kepada orang kafir Quraish, ”Tahukah kalian apa yang akan aku lakukan kepada kalian?” mereka menjawab dengan ketakutan, “tidak ya Rasulullah” Rasulullah SAW bersabda, “Aku akan membebaskan kalian sebagaimana saudaraku Yusuf AS membebaskan saudara-saudaranya.” Inilah yang dilakukan Rasulullah SAW kepada orang yang sama yang telah menyiksa beliau SAW dan para sahabatnya.
Inilah kesabaran yang harus dipunyai seorang beriman. Sedangkan hari ini kita sudah merasa kehilangan kesabaran terhadap saudara sendiri, keluarga sendiri, teman sendiri, terhadap lingkungan sendiri. Bagaimana kita bisa menjadi seperti mereka, Nabi dan para Sahabat RA, jika kita tidak mempunyai kesabaran seperti yang mereka miliki. Para sahabat juga dihina ketika sedang berdakwah, tetapi mereka bisa bersabar diri. Keadaan kita dibandingkan para sahabat sangatlah jauh berbeda. Karena pengorbanan yang mereka lakukan dalam berdakwah berbeda dengan kita, sehingga tingkat kesabaran yang kita punya juga berbeda dengan mereka. Asbab kesabaran dan pengorbanan mereka, hidayah tersebar. Masalah sahabat dibandingkan dengan masalah yang kita hadapi sangatlah tidak sebanding, karena kita tidak melalui penyiksaan-penyiksaan, pembunuhan massal terhadap orang yang kita cintai, ditimpuki, dan lain-lain. Untuk itu penting kita keluar di jalan Allah untuk melatih diri kita agar bisa mendapatkan sifat para sahabat. Dengan tarbiyat yang kita dapati ketika berdakwah, ini dapat membentuk sifat-sifat mulia dalam diri kita. Inilah yang dilakukan para Anbiya AS dan para sahabat dalam menjalankan usaha atas agama, “The Efforts of Deen”, atau Dakwah. Mereka harus melakukan total pengorbanan sebagai bukti kecintaan mereka kepada Allah Ta’ala dan Nabi SAW.
Mudzakaroh Pengorbanan Ibrahim AS dan keluarganya
Ibrahim AS baru bisa mempunyai anak ketika beliau berumur 98 tahun. Ketika itu beliau diuji 2 kali oleh Allah Ta’ala. Pertama ketika beliau harus meninggalkan anak yang baru ia punya dan yang ia dambakan, dan istrinya  dipadang pasir. Disini terlihat bahwa Allah hendak menguji Ibrahim AS dengan perintahNya, agar Ibrahim AS ini hatinya senantiasa terpaut pada Allah. Hari ini seseorang yang pulang kerja saja tidak sabar buru-buru pulang ingin bertemu dengan anak dan istrinya, tetapi lihat Ibrahim AS malah diperintahkan untuk meninggalkan anak dan istrinya. Dengan penuh kesedihan dan kesabaran dalam menjalankan perintahNya, Ibrahim AS tinggalkan anak dan istrinya di padang pasir. Demi menjalankan perintah Allah, keluargapun Ibrahim AS rela mengorbankannya. Ibrahim AS di test kesabaran dan keyakinannya oleh Allah untuk meninggalkan anak dan istrinya di padang pasir.
Setelah Siti Hajar mengetahui bahwa itu adalah perintah Allah maka dia pun Ridho di tinggal Ibrahim AS ditengah padang pasir. Inilah keyakinan siti hajar dan ketaatannya terhadap perintah Allah. Hari ini orang jika melihat suami meninggalkan anak dan istri untuk mendekatkan diri kepada Allah, orang-orang sudah mencapnya sebagai orang yang tidak bertanggung jawab. Jika suami pergi untuk mencari keduniaan di anggap sebagai orang yang penuh tanggung jawab. Inilah kesalah fahaman kita hari ini, dikira kita yang menghidupkan keluarga kita. Orang yang mau berkorban untuk agama di jelekkan dan orang yang buat usaha atas dunia di muliakan.
Allah telah buktikan bahwa Allah tidak perlu Ibrahim AS, Uang, atau Mahluk apapun dalam memelihara Siti Hajar dan Ismail AS dipadang pasir yang tandus. Allahlah yang memelihara segala-galanya, mahluk tidak dapat memberikan manfaat dan mudharat tanpa seizin Allah. Asbab keyakinan dan ketaatan Ibrahim AS dan keluarganya yaitu Siti Hajar dan Ismail AS, Allah telah buat Mekkah daerah yang tandus dan tidak ada manusia yang mau datang menjadi daerah yang berkah keluar air zam zam dan ramai pengunjung. Setelah beberapa lama tidak bertemu, Ibrahim AS Allah izinkan untuk bertemu dengan siti hajar dan Ismail AS, dengan syarat tidak boleh turun dari kudanya dan tidak boleh berbicara. Setelah itu Ibrahim AS harus balik lagi ke Palestina tempat dia harus berdakwah. Hari jika kita diposisi nabi Ibrahim AS, sudah lama di jalan Allah rindu pada keluarga, sekalinya bertemu tidak boleh turun dari kuda, tidak boleh memeluknya, dan tidak boleh berbicara. Inilah kesabaran seorang Nabi dan seorang Da’inya Allah. Setelah lolos dari ujian ini baru Allah izinkan Ibrahim AS berkumpul dengan Siti Hajar dan Ismail AS.
Ujian kedua, ketika Ibrahim AS lagi senang-senangnya bermain bersama Ismail AS, turun perintah untuk menyembelih Ismail AS. Inilah pengorbanan Nabi Ibrahim AS dalam membuktikan kecintaannya terhadap Allah Ta’ala, bahwa tidak ada yang lebih besar dari Allah di hatinya. Ini adalah ujian dari Allah untuk membuktikan bahwa hati Ibrahim AS tidak mendua kepada Allah dan kepada selain Allah walaupun itu keluarga. Ketaatan kepada Allah Ta’ala bagi Ibrahim AS lebih berharga dibanding keluarganya. Inilah kesiapan dan kesabaran seorang Nabi dan seorang da’i dalam menjalankan perintah Allah.
Begitupula kepada siti hajar dan Ismail AS ketika mendapatkan perintah ini. Nabi Ibrahim dan Ismail AS digoda setan dengan perkataan, “Wahai Ibrahim ini adalah anakmu bagaimana kamu bisa membunuh darah dagingmu sendiri, apakah kamu tega.” Mendengar godaan dari setan ini maka Ismail AS mengusir setan itu dengan melemparkan batu. Lalu Ismail AS berkata kepada ayahnya, ”wahai ayah jika ini perintah Allah jalankanlah, saya ikhlas menerimanya.” Begitu juga Siti Hajar yang di goda oleh setan yang mengatakan bahwa saat ini Ibrahim AS akan membunuh anaknya. Siti Hajar terperanjat kaget saekan-akan tidak percaya. Lalu Siti Hajar bertanya, “Apakah ini adalah perintah dari Allah ?” si setan menjawab,”benar.” Mendengar ini siti hajar menimpuk setan itu dengan batu dan berkata, “Kalau begitu kamu ini setan, masa Ibrahim AS harus melanggar perintah tuhannya.” Inilah keyakinan dan kesabaran keluarganya seorang Nabi dan Da’inya Allah dalam menjalankan perintah Allah. Ini berlaku bagi siapa saja yang siap berkorban di jalan Allah maka nanti Allah akan buat keluarganya mempunyai keyakinan dan ketaatan seperti keluarganya Ibrahim AS.
Keadaan ini tidak hanya Allah berikan kepada Nabi Ibrahim AS tetapi juga kepada para sahabat RA seperti Abu Bakar RA. Asbab pengorbanan Abu Bakar RA, anak-anaknyapun mempunyai keyakinan yang sama seperti ayahnya. Suatu ketika Abu Bakar hendak keluar di jalan Allah, ia telah korbankan seluruh hartanya untuk digunakan di jalan Allah. Lalu Nabi SAW bertanya apa yang telah kamu tinggalkan untuk rumahmu, dia menjawab, “Saya tinggalkan Allah dan RasulNya.” Ketika ayah Abu Bakar RA yang buta dan masih dalam keadaan Kafir berkunjung kerumahnya Abu Bakar, dia berkata dengan nada marah kepada cucunya, “Pasti Abu Bakar telah meninggalkan kalian pergi tanpa meninggalkan apapun.” Lalu Siti Aisyah R.ha beserta adiknya Asma R.ha membimbing kakeknya ke arah meja dan berkata, “Tidak kakek, ayah telah meninggalkan kita batu emas ini.” Seraya membimbing tangan kakeknya ke meja memegang batu yang dikira emas oleh kakekanya. Inilah keyakinan yang ditanamkan Allah kedalam anaknya Abu Bakar RA, sehingga mereka rela ditinggalkan oleh ayahnya tanpa ditinggali apapun.
Nusrottulloh, pertolongan Allah Ta’ala, akan datang kepada orang yang melakukan total pengorbanan dan mempunyai kecintaan terhadap agama seperti sahabat RA. Suatu ketika anak laki-laki Abu Bakar berkata kepada ayahnya, “wahai Ayah, ketika perang Badr, saya mempunyai kesempatan 3 kali untuk membunuhmu, tetapi setiap saya hendak melakukannya, rasa cintaku kepadamu menghalangiku untuk melakukannya “. Lalu Abu Bakar menjawab, ”wahai anakku, jika saat itu aku mendapatkan kesempatan untuk memenggal kepalamu, pasti aku akan melakukannya tanpa ragu-ragu karena aku lebih mencintai Allah Ta’ala dan RasulNya daripada kamu.”
Inilah cinta sahabat RA terhadap Allah Ta’ala, dan inilah kecintaan yang Allah Ta’ala mau, tidak mendua kepada yang lain. Seorang sahabat ditanya oleh Rasulullah. ”Apakah yang akan engkau lakukan jika engkau malihat istri engkau berduaan dengan lelaki lain dalam kamarmu.” Sahabat menjawab, “Akan saya penggal leher lelaki itu.” Lalu Rasulullah SAW bersabda mahfumnya, ”Saya lebih pencemburu dari kamu, dan Allah lebih pencemburu dari saya. Begitu pula cemburunya Allah Ta’ala terhadap hambanya jika dapatiNya dalam hati hambanya kebesaran mahkluk selain kebesaran Allah Ta’ala”
Ada seorang sahabat yang tidak bisa tidur sebelum melihat wajah Nabi SAW karena sangking cintanya kepada Nabi SAW. Seorang sahabat berkata, “Sebelum aku memeluk Islam tidak ada seorangpun yang kubenci melebihi Muhammad SAW, tetapi setelah aku memeluk Islam tidak ada satu manusiapun yang lebih aku cintai daripada Nabi SAW”. Sahabat sangking cintanya kepada nabi SAW rela mengorbankan anak, istri, pekerjaan, jabatan, harta, dan harga diri. Tetapi jika takaza agama dibentangkan maka mereka rela meninggalkan Nabi SAW demi agama. Sebagaimana perpisahan Nabi SAW dengan Muadz yang akan pergi berdakwah ke Yaman. Nabi SAW berkata kepadanya bahwa ini adalah pertemuan mereka yang terakhir, namun Muadz RA dengan hati yang hancur dan kesedihan yang luar biasa karena harus berpisah dengan orang yang paling dicintainya tetap melanjutkan perjalanan demi kepentingan agama.
Para sahabat ketika takaza jihad dibentangkan maka mereka langsung meninggalkan segala yang mereka cintai seperti istri yang baru dinikahi pada malam pertama, kebun korma yang siap dipanen, seluruh harta bendanya untuk agama. Bahkan keluarga merekapun diberi semangat oleh anggota keluarga mereka sendiri untuk berjihad di jalan Allah. Namun karena lemahnya iman kita maka kita belum mampu melakukan pengorbanan seperti mereka. Kesalah fahaman yang terjadi saat ini adalah kita menyangka bahwa diri dan harta kita adalah milik kita. Padahal semua yang kita miliki dan yang kita lihat ini adalah milik Allah Ta’ala. Untuk membenarkan kesalah fahaman ini maka kita harus keluar dijalan Allah Ta’ala belajar berkorban seperti para Nabi AS dan para sahabat RA.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar